Author Archives: dedy sani

(Al Hikam – 4) TAK PERLU MENGATUR URUSAN DUNIA DENGAN SUSAH PAYAH


istirahatkanlah dirimu dari melakukan TADBIR (mengatur urusan duniawi) dengan susah payah. Karena sudah diurus oleh ALLOH, tidak perlu engkau turut mengurusnya

seorang hamba harus mengenal kewajiban yang dibebankan ALLOH atas dirinya, termasuk terkait dengan urusan duniawi, ikhtiar menafkahi keluarga dan urusan-urusan duniawi lainnya. Apa yang menjadi HAKnya, merupakan KEWENANGAN ALLOH untuk memberinya. sehingga ia tidak perlu lagi merasa risau atas keputusan NYA. Kerisauan yang timbul semacam ini menunjukkan lemahnya keimanan sang hamba.

(Al Hikam-3) TAK ADA YANG MAMPU MENGUBAH TAKDIR


Himmah (tekad spriritual) yang kokoh takkan mampu menembus dinding takdir

sebagian orang ada yang memiliki hasrat ataupun keinginan yang tinggi. sampai ada yang berkhayal mereka mampu untuk mengubah hukum alam (sunnatulloh) dalam waktu cepat. seakan-akan mereka melupakan firman ALLOH:

Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki oleh ALLOH, Rabb seluruh alam (At Takwir : 29)

serta Firman NYA yang lain:

Dan tidaklah engkau mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila ALLOH menghendaki. Sungguh ALLOH Mahamengetahui lagi Mahabijaksana (Al Insaan : 30)

(Al Hikam-2) MENERIMA KETETAPAN: TAJRID ATAUPUN ASBAB


Keinginanmu untuk TAJRID (meninggalkan urusan duniawi, termasuk mencari rezeki) padahal ALLOH telah menempatkan engkau pada ASBAB (usaha, dimana ALLOH telah membekali manusia dengan sarana penghidupan), adalah termasuk dalam (bisikan) syahwat yang samar. Sebaliknya, keinginanmu untuk ASBAB padahal ALLOH telah menempatkanmu pada kedudukan TAJRID, adalah kemerosootan dari himmah (tekad spiritual) yang luhur.

Pemahaman  dari pernyataan Syaikh Ibn’Atha’illah tersebut, adalah agar supaya kita memperhatikan bahwa kecenderungan orang untuk melepaskan diri dari semua urusan duniawi kadang muncul akibat pengaruh hawa nafsu, bukan karena rasa cinta yang tulus terhadap ALLOH ataupun kehidupan akhirat.

Bagi mereka yang melangkahkan kaki di Jalan ALLOH yang dalam hatinya terbersit keinginan untuk meninggalkan urusan duniawi karena dorongan cintanya kepada ALLLOH, maka mereka diharapkan senantiasa memperhatikan ADAB dalam beramal, yaitu tetaplah berpijak atasnya (tetap menjalankan aktivitas usaha-duniawi), karena bisa jadi ALLOH Ta’ala telah meletakkan kita pada ASBAB. Manfaatkanlah keberlimpahan dan segala aktivitas duniawi yang telah dimudahkan Oleh-NYA untuk di’belanjakan’ dalam menegaskan kemuliaan Agama Islam

(Al Hikam-1)BERSANDAR DIRI hanya kepada ALLOH


Salah satu tanda bergantungnya seseorang kepada amalnya adalah kurangnya raja’ (harapan terhadap ALLOH) tatkala ia mengalami kegagalan

petuah tersebut dapat dimaknai, janganlah kita menyandarkan diri pada amalan-amalan kita semata. Amalan yang kita lakukan hanyalah bagian dari kewajiban kita yang memang sudah seharusnya kita lakukan sebagai mahluk. betapapun seorang muslim itu telah melaksanakan suatu amalan, ia tidak akan pernah mampu untuk menunaikan apa ayng menjadi ‘hak’ Alloh secara utuh. tidaklah perlu kecewa apabila menemui kegagalan. bahwa kewajiban kita hanyalah melaksanakan amalan, sedangkan hasilnya adalah menjadi hak NYA. senantiasalah mendasari setiap amalan agar supaya mendapatkan keridloan-NYA..

kitab AL-HIKAM


Kitab ini ditulis oleh Syaikh Ibn Atha’illah as-Sakandari, yang lahir di Iskandariah (mesir) pada 648 H/1250 M. Beliau berguru kepada Abu Al-Abbas ahmad ibn Ali al-Anshari al-Mursi, yaitu murid dari Abu Al-Hasan al-Syadzili pendiri tarekat Al-Syadzili. Ibn Athaillah dikenal sebagai sosok yang dikagumi dan bersih. Beliau menjadi panutan bagi banyak orang yang meniti jalan menuju Tuhan, menjadi teladan bagi orang-orang yang ikhlas, dan imam bagi para juru nasihat.

Ketertarikan Penulis  pada buku ini, menimbulkan keinginan untuk membagi apa yang terkandung (isi) dari kitab al-hikam tersebut (terjemahan dari Dr. Ismail Ba’adillah dan diterbitkan oleh penerbit ‘Khatulistiwa Press’ , yang telah tercetak sampai dengan cetakan kelima-Maret 2012) pada postingan-postingan berkutnya.  Harapannya, penulis ingin mendapatkan arahan dari para pembaca, seandainya ada pemikiran ataupun pemahaman yang tidak pas, sehingga dapat dikoreksi, insyaAlloh. Semoga bermanfaat dan dapat menambah ilmu untuk mendekati jalan mencapai keridloan-NYA..aamiin

KEKAISARAN UTSMANIYAH?


Bersamaan dengan bertambah kuatnya Kesultanan Utsmaniyah, para pemimpinnya mulai mengklaim diri mereka sebagai Khalifah. Klaim mereka ini kemudian bertambah kuat ketika mereka berahsil mengalahkan Kesultanan Mameluk di MEsir pada tahun 1517 dan menguasai sebagian besar tanah Arab. Khalifah Abbasiyah terakhir di Kairo, dimana pemimpinnya Al Mutawakil III, dipenjara dan dikirim ke Istambul. Kemudian dia dipaksa untuk menyerahkan keuasaanya ke Selim I.

Kekaisaran Utsmaniyahlebih memilih untuk menyebut sistem mereka sebagai “kesultanan” bukan “kekhalifahan”. hanya Mehmed II dan cucunya, Selim yang menggunakan gelar “khalifah” sebagai pengakuan bahwa mereka adalah pemimpin negara Islam.

Pada tanggal 3 Maret 1924, Mustafa Kemal Pasha memcat Khalifah sekaligus membubarkan sistem kekhalifahandan menghapuskan hukum islam dari negara. hal inilah yang kemudian dianggap sebagai keruntuhan kekhalifahan Islam, tepatnya pada tanggal 23 Maret 1924. Keruntuhan Kekhalifahan turki Utsmaniyah adanya perseteruan diantara kaum nasionalis dan agama dalam masalah kemunduran ekonomi Turki.

(sumber: The Amazing Islamic Legacy, loc.cit)

KEPEMIMPINAN BANI ABBASIYAH?


BANI ABBASIYAH berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga abad, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah.

Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah beberapa kali menghadapi perselisihan, diantaranya dengan Said bin Husai, seorang muslim syiah dari Bani Fatimiyah yang mengklaim dirinya adalah Khalifah pada tahun 909 M. ketika itulah timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika Utara. Pada awalnya ia hanya menguasai MAroko, Aljazahir, Tunisia dan Libya. Namun kemudian, ia mulai memperluas daerah kekuasaannya sampai ke Mesir dan Palestina sebelum ahirnya Bani Abbasiyah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah mereka kuasai dan hanya menyisakan Mesir sebagai daerah keuasaan Bani Fatimiyah.

(sumber: The Amazing Islamic Legacy, loc.cit)

KEPEMIMPINAN BANI UMAYYAH?


Sepeninggal Khalifah Ali bin Abi Thalib, estafet kepemimpinan dilanjutkan oleh Bani Umayah. Di bawah kekuasaan Bani Umayyah. kekhalifahan Islam berkembang dengan pesat. Di arah Barat, umat muslim menguasai daerah di Afrika Utara sampai ke Spanyol. di arah Timur, mereka menguasai daerah Iran bahkan samapi ke India. hal ini membuat Kekhalifahan Islam menjadi salah satu diantara sedikit kekaisaran besar dalam sejarah.

Meskipun begitu, Bani Umayah tidak sepenuhnya didukung oleh umat Islam. sebagian lainnya lebih mendukung Ibnu Zubair dan sebagian lainnya mendukung Bani Hasyim dan Pendukung Ali. Akibatnya, timbul beberapa pemberontakkan selama masa kepemimpinan bani Umayyah.

Pada akhir kekuasaannya, Bani Hasyim dan pendukung Ali bersatu untuk meruntuhkan kekuasaan Umayyah. Hal itu terjadi pada tahun 750 M. Meskipun demikian para pendukung Ali lagi-lagi harus menelan kekecewaan. sebabnya, ketika Umayyah runtuh, pemimpin kekhalifahan selanjutnya dipegang oleh Bani Abbasiyah ayng merupakan keturunan Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad Saw, bukan keturunan Ali. akibat tragedi ini komunitas muslim akhirnya terpecah menjadi komunitas Syiah dan Sunni.

(sumber: The Amazing Islamic Legacy, loc.cit)

PRESTASI ALI bin ABI THALIB?


ALI adalah seorang yang zuhud dan sederhana. Beliau tidak senang dengan kemewahan hidup, bahkan menentangnya. Beliu adalah perwira yang cerdas, tangkas dan teguh pendirian dan pemberani. Berkat keperwiraannya, Ali dijuluki “Ashadullah” yang artinya ‘Singa Allah. Beliau tegas,  tidak segan-segan mengganti pejabat Gubernur yang dinilainya tidak becus mengurusi kepentingan umat islam. Ali wafat karena dibunuh oleh Ibnu Muljam dari golongan Khawarij.

Jasa-jasa Ali bin Abu Thalib diantaranya:

  1.  mengganti beberapa gubernur yang diangkat oleh Khalifah Utsman karena semata-mata hubungan kekerabatan, bukan atas kemampuan. Tindakan ini menimbulkan dampak terpecahnya tiga golongan, yaitu golongan Ali, golongan Aisyah dan golongan Zubair bin Thalhah. perselisihan antara Ali dan Aisyahmenyebabkan perang Jamal. selain itu terjadi perang Shiffin yang melibatkan lebih banyak pihak. akibat perang Shiffin muncullah golongan Khawarij dan Syiah.
  2. menarik kembali tanah milik negara dan harta baitul maal yang dibagikan kepada pejabat gubernur, dan mengembalikan fungsinya untuk kepentingan negara dan kaum lemah;
  3. memerintahkan kepada Abul Aswad Ad duali untuk mengarang buku tentang pokok-pokok ilmu Nahwu (Qaidah Nahwiyah) untuk mempermudah orang membaca dan memahami sumber ajaran islam;
  4. membangun kota Kuffah yang kemudian dijadikan pusat pengembangan ilmu pengetahuan Nahwu, tafsir, dan hadits.

(sumber, The Amazing Islamic Legacy, loc.cit)

PRESTASI UTSMAN bin AFFAN?


UTSMAN pernah menjadi sekretaris Rasulullah menuliskan wahyu. Pada zaman Abu Bakar ia menjadi penasihat Khalifah. Beliau terkenal dengan kesalehan dan kejujurannya. Beliau pernah menafkahkan sebagian hartanya untuk memajukan islam. Beliau disayangi Rasulullahsampai dinikahkan dengan putrinya, RUQAYYAH. Seteah Ruqayyah wafat beliau dinikahkan dengan putrinya yang lain UMMU KULTSUM. Oleh karena itu Utsman diberi gelar “DZUN NURAIN” yang artinya mempunyai dua cahaya. beliau pernah berhijrah dua kali yaitu ke Habasyah dan Madinah.

Jasa-jasa Utsman bin Affan diantaranya:

  1. membangun dan memperindah masjid Nabawi di Madinah
  2. mengadakan penulisan dan penggandaan Alqur’an yang dikenal dengan Mushaf Utsmani atau Mushaf Al-Imam. Panitia penggandan terdiri atas seorang Ketua, yaitu Zaid bin Tsabit, dan para anggotanya yaitu: Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan Abdur Rahmanbin Haris bin Hisyam. hasilnya sebanyak lima mushaf: satu disimpan oleh khalifah Utsman, sisanya masing-maasing dikirimkan ke Mekkah, Syiria, Basrah dan Kuffah.
  3. membangun angkatan laut yang tangguh untuk menangkis serangan musuh, terutama pasukan romawi yang ingin merebut kota iskandariyah;
  4. memperluas wilayah Islam sampai ke Armenia, Afrika (Tunisia), Tripoli (Libya). Azerbaijan, dan Kepulauan Cyprus. kemudian dilanjutkan ke Konstantinopel, Turki dan negara-negaram Balkan (Yugoslavia dan Polandia).

(sumber, The Amazing Islamic Legacy, loc.cit)